Potensi Pinrang

Letak Geografis Wilayah

Kabupaten Pinrang yang terletak di bagian tengah Propinsi Sulawesi Selatan, yang secara geografis terletak antara 119018’30” sampai dengan 119035’30” BT dan 03030’10” sampai 04005’30” LS, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

  • Sebelah utara           : Kabupaten Tana Toraja
  • Sebelah timur          : Kotamadya Pare-pare
  • Sebelah selatan       : Kabupaten Enrekang dan Sidrap
  • Sebelah barat           : Kabupaten Polmas dan Selat Makassar

Luas, Bentuk dan Pemanfaatan Wilayah

Luas wilayah pesisir

Kabupaten Pinrang memiliki luas wilayah 1.961,77 km2 atau sama dengan 196.177 hektar.  Wilayah administrasi Kabupaten Pinrang terbagi menjadi 12 Kecamatan dengan 144 desa/kelurahan (39 kelurahan dan 65 desa). Berdasarkan analisis pada rupabumi skala 1 : 500.000 dan Administrasi Kabupaten Pinrang serta klarifikasi data lapangan didapatkan total wilayah pesisir sekitar 69.237 Ha untuk wilayah daratan dan menyebar pada 6 Kecamatan, termasuk wilayah perairan sekitar 38.852 Ha, untuk jelasnya dapat dilihat pada Peta Administrasi pada tabel  berikut:

Tabel 1. Total luas wilayah pesisir per kecamatan Kabupaten Pinrang

No

Wilayah/Kecamatan

Luas Wilayah Pesisir

Ha

%

1 Wilayah Darat Lembang 1.308 1,88
2 Wilayah Darat Duampanua 10.361 14,96
3 Wilayah Darat Cempa 3.447 4,97
4 Wilayah Darat Mattiro Sompe 7.386 10,66
5 Wilayah Darat Lanrisang 2.807 4,05
6 Wilayah Darat Suppa 5.176 7,47
7 Wilayah Perairan Laut dan Sungai + 38.852 56,11
T o t a l + 69.237 100,00

Bentuk Wilayah

Wilayah pesisir Kabupaten Pinrang sebagian besar bertopografi datar dan landai dengan kelerengan 0 – 2 % dan 2 – 5 %, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut.  Wilayah datar dominan digunakan untuk pertambakan dan persawahan, sedang wilayah landai dominan untuk pemukiman penduduk dan perkebunan campuran dan lain-lain.  Kondisi wilayah perairan dengan topografi datar sangat landai dengan kelerengan 0 – 5 % ini didominasi wilayah pesisir dengan luas 38,852 Ha atau 56,11 %.

Tabel 2. Total dan keadaan bentuk wilayah pesisir Kabupaten Pinrang

No. Keadaan Bentuk Wilayah Jumlah Luas
Ha %
1 Kecamatan Lembang (darat)

–     Datar (0 – 2 %)

–     Landai (2 – 5 %)

981

327

1,41

0,47

2 Kecamatan Duampanua (darat)

–     Datar (0 – 2 %)

–     Landai (2 – 5 %)

7.770,75

2.590,25

11,22

3,74

3 Kecamatan Cempa (darat)

–     Datar (0 – 2 %)

–     Landai (2 – 5 %)

2.585,50

861,75

3,73

1,24

4 Kecamatan Mattiro Sompe (darat)

–     Datar (0 – 2 %)

–     Landai (2 – 5 %)

5.539,50

1.846,50

8,00

2,66

5 Kecamatan Lanrisang (darat)

–     Datar (0 – 2 %)

–     Landai (2 – 5 %)

210,25

701.75

3,04

1,01

6 Kecamatan Suppa (darat)

–     Datar (0 – 2 %)

–     Landai (2 – 5 %)

4.399,60

776,40

6,35

1,12

7 Wilayah perairan dan sungai datar sampai dengan landai + 38.852,00 + 56,11
T o t a l 69.237,00 100,00

Jenis dan Tipe Penggunaan Lahan

Berdasarkan data lapangan, terdapat total luas wilayah pesisir Kabupaten Pinrang sebesar 63.239.00 Ha.  Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Tipe penggunaan lahan wilayah pesisir Kab. Pinrang

No. Tipe Penggunaan Lahan Luas
Ha %
1 Lahan padi sawah 6.913,88 9,98
2 Lahan tambak/kolam 15.735,00 22,72
3 Wilayah hutan mangrove 58,55 0,08
4 Tegalan dan kebun campuran 7.958,07 11,49
5 Wilayah laut dan sungai + 38.852,00 56.11
6 Lainnya 80,00 0,11
Total + 69.237,00 100,00

Sedangkan penggunaan lahan pesisir untuk pertambakan (budidaya air payau)  menempati seluas 15.795,00 Ha atau 22,72 % dengan perincian sebagai berikut :

PRODUKSI PERIKANAN

–        Perikanan Tangkap

Produksi sektor perikanan Kabupaten Pinrang sangat ditunjang dengan adanya potensi perikanan tangkap, perairan umum, budidaya air payau dan budidaya air tawar.  Pada tahun 2008 produksi dari sub sektor perikanan sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut :

No

Uraian

Produksi (ton)

1 Perikanan Laut

  1. Ikan
  2. Udang
  3. Rumput Laut
11.184,8

10.704,9

280,4

399,5

2 Budidaya Tambak

  1. Ikan bandeng
  2. Udang
17.213,8

14.946,4

2.267,4

3 Perikanan Air Tawar

  1. Kolam, sawah, waduk
  2. Rawa dan sungai
876,2

547,3

328,9

Berdasarkan data diatas hasil produksi perikanan tangkap masih belum memadai karena masih banyak nelayan yang tidak memiliki sarana perlengkapan. Kab. Pinrang, umumnya nelayan menggunakan alat tradisional seperti perahu tanpa motor dan perahu motor tempel yang tentu saja berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Selain itu prasarana produksi perikanan tangkap seperti Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang meliputi ; break water, revetment, dermaga atau jetty, fasilitas fungsional (TPI dan pasar ikan) dan fasilitas penunjang lainnya masih sangat minim.  Dengan demikian perlu ada pengembangan prasarana dibeberapa lokasi yang berpotensi.

–         Perikanan Budidaya

Potensi budidaya air payau di Kabupaten Pinrang adalah pengembangan budidaya tambak dengan luas areal kurang lebih 15.814 Ha.  Produksi dari kegiatan budidaya tambak ini terdiri dari udang sebanyak 2.148,5 ton, produksi ikan bandeng sebanyak 15.068,11 dan rumput laut jenis Gracillaria sebanyak 151.20 ton untuk luas areal 72 Ha.  Jumlah tenaga kerja yang bergerak di bidang ini sebanyak 10.881 orang atau sekitar 3.767 kk.

Produksi udang budidaya (krustasea) dari tahun ke tahun cenderung mengalami stagnasi dan penurunan produktivitas, oleh karena itu dalam upaya untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Pinrang dengan beberapa langkah-langkah antara lain :

  1. Perlu zonasi lahan budidaya sesuai dengan tingkat kesesuaian lahan terhadap komoditi tertentu sehingga penerapan manajemen pengelolaan budidaya sesuai dengan wilayah pengembangan komoditi (mis ; zona pengembangan udang windu, zona udang galah, zona polikultur udang, bandeng dan rumput laut, dll).
  2. Pembangunan dan rehabilitasi prasarana budidaya termasuk sarana transportasi dalam pendistribusian sarana produksi dan produksi perikanan budidaya.
  3. Pengembangan dan pembinaan petani pembenihan dan pentokolan ikan dan udang sebagai upaya agar mutu dan jumlah kebutuhan benih dapat terpenuhi tepat waktu.
  4. Pengendalian dan pengawasan sarana produksi terutama jenis pestisida dan obat-obatan yang digunakan di tambak.
  5. Pengembangan pengolahan hasil budidaya untuk komoditi ekspor  diarahkan pada peningkatan mutu dan prosedur pengolahan sesuai standar kualitas ekspor.
  6. Pengembangan informasi pasar dan promosi produk, dan
  7. Penguatan kelembagaan kelompok penangkar benih dan pembudidaya sebagai wadah dalam pengembangan SDM petani.

Leave a comment