Takalar Kembangkan Komoditi Rajungan Unggulan di Sulsel

20 Jul

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Takalar mengembangkan teknologi pembenihan dan budidaya rajungan (Portunus Pelagicus) dan menjadikannya sebagai unggulan komoditi Sulawesi Selatan.

Pengembangan itu dilakukan di daerah Kecamatan Galesong. Dengan adanya teknologiya pembudidayaan sejak 2004 di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar diharapkan akan menjadi salah satu komoditi unggulan di Sulsel, Jumat.

Edi Nurcahyo, selaku penanggungjawab Divisi Rajungan menjelaskan, upaya pengembangan teknologi budidaya rajungan tersebut, menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan.Dimana, tingkat kelangsungan hidup larva rata-rata mencapai 30 persen hingga 45 persen dengan ukuran crablet sepuluh.
Diungkapkannya, untuk memeroleh hasil yang maksimal harus digunakan induk rajungan yang dipelihara dalam bak, dengan dilengkapi substrat pasir bersekat dengan ukuran tiga kali 60 sentimeter.
“Hal ini guna mengantisipasi sifat kanibalisme atau saling memakan larva, dengan kepadatan satu ekor per sekat substrat,” ujarnya.
Menurutnya, analisa usaha yang dilakukan pada teknologi budidaya ini cukup menguntungkan. Hal tersebut dilihat dari asumsi biaya produksi per siklus yang mencapai Rp 4.700 ribu.
“Adapun estimasi hasil penjualannya berkisar Rp 250 hingga Rp 300 per larva. Total keuntungan Rp 2.770 ribu per siklus, dengan produksi lebih kurang satu bulan,” terangnya.
Tujuan lain pembenihan dan budidaya rajungan ini, lanjutnya, guna mengantisipasi lonjakan permintaan ekspor. Meskipun kendalanya, terletak pada peningkatan kebutuhan masyarakat akan komoditi rajungan ini.
“Kecenderungan aktivitas penangkapan secara liar, dikhawatirkan akan berdampak pada ‘over exploitation,” katanya.
Hasil survei yang dilakukan BBAP Takalar, di perairan selatan Gelesong dalam kurun waktu empat tahun hingga lima tahun terakhir, memperlihatkan angka penurunan dari hasil tangkapan rajungan dengan rata-rata 10,35 kilogram (Kg). Sedangkan ukuran lebih besar dari 125 gram berbobot 6,95 Kg.

Leave a comment